Senin, 30 Agustus 2010
SEJARAH DEGUNG DAN PERKEMBANGANYA
Degung merupakan salah satu gamelan khas dan asli hasil kreativitas masyarakat Sunda Gamelan yang kini jumlahnya telah berkembang dengan pesat, diperkirakan awal perkembangannya sekitar akhir abad ke-18/awal abad ke-19. Jaap Kunst yang mendata gamelan di seluruh Pulau Jawa dalam bukunya Toonkunst van Java (1934) mencatat bahwa degung terdapat di Bandung (5 perangkat), Sumedang (3 perangkat), Cianjur (1 perangkat), Ciamis (1 perangkat), Kasepuhan (1 perangkat), Kanoman (1 perangkat), Darmaraja (1 perangkat), Banjar (1 perangkat), dan Singaparna (1 perangkat).
Masyarakat Sunda dengan latar belakang kerajaan yang terletak di hulu sungai, kerajaan Galuh misalnya, memiliki pengaruh tersendiri terhadap kesenian degung, terutama lagu-lagunya yang yang banyak diwarnai kondisi sungai, di antaranya lagu Manintin, Galatik Manggut, Kintel Buluk, dan Sang Bango. Kebiasaan marak lauk masyarakat Sunda selalu diringi dengan gamelan renteng dan berkembang ke gamelan degung.
Dugaan-dugaan masyarakat Sunda yang mengatakan bahwa degung merupakan musik kerajaan atau kadaleman dihubungkan pula dengan kirata basa, yaitu bahwa kata “degung” berasal dari kata "ngadeg" (berdiri) dan “agung” (megah) atau “pangagung” (menak; bangsawan), yang mengandung pengertian bahwa kesenian ini digunakan bagi kemegahan (keagungan) martabat bangsawan. E. Sutisna, salah seorang nayaga Degung Parahyangan, menghubungkan kata “degung” dikarenakan gamelan ini dulu hanya dimiliki oleh para pangagung (bupati). Dalam literatur istilah “degung” pertama kali muncul tahun 1879, yaitu dalam kamus susunan H.J. Oosting. Kata "De gong" (gamelan, bahasa Belanda) dalam kamus ini mengandung pengertian “penclon-penclon yang digantung”.
Gamelan yang usianya cukup tua selain yang ada di keraton Kasepuhan (gamelan Dengung) adalah gamelan degung Pangasih di Museum Prabu Geusan Ulun, Sumedang. Gamelan ini merupakan peninggalan Pangeran Kusumadinata (Pangeran Kornel), bupati Sumedang (1791—1828)
Perkembangan
Dulu gamelan degung hanya ditabuh secara gendingan (instrumental). Bupati Cianjur RT. Wiranatakusumah V (1912—1920) melarang degung memakai nyanyian (vokal) karena membuat suasana kurang serius (rucah). Ketika bupati ini tahun 1920 pindah menjadi bupati Bandung, maka perangkat gamelan degung di pendopo Cianjur juga turut dibawa bersama nayaganya, dipimpin oleh Idi. Sejak itu gamelan degung yang bernama Pamagersari ini menghiasi pendopo Bandung dengan lagu-lagunya.
Melihat dan mendengarkan keindahan degung, salah seorang saudagar Pasar Baru Bandung keturunan Palembang, Anang Thayib, merasa tertarik untuk menggunakannya dalam acara hajatan yang diselenggarakannya. Kebetulan dia sahabat bupati tersebut. Oleh karena itu dia mengajukan permohonan kepada bupati agar diijinkan menggunakan degung dalam hajatannya, dan diijinkannya. Mulai saat itulah degung digunakan dalam hajatan (perhelatan) umum. Permohonan semacam itu semakin banyak, maka bupati memerintahkan supaya membuat gamelan degung lagi, dan terwujud degung baru yang dinamakan Purbasasaka, dipimpin oleh Oyo.
Sebelumnya waditra (instrumen) gamelan degung hanya terdiri atas koromong (bonang) 13 penclon, cempres (saron panjang) 11 wilah, degung (jenglong) 6 penclon, dan goong satu buah. Kemudian penambahan-penambahan waditra terjadi sesuai dengan tantangan dan kebutuhan musikal, misalnya penambahan kendang dan suling oleh bapak Idi. Gamelan degung kabupaten Bandung, bersama kesenian lain digunakan sebagai musik gending karesmen (opera Sunda) kolosal Loetoeng Kasaroeng tanggal 18 Juni 1921 dalam menyambut Cultuurcongres Java Institut. Sebelumnya, tahun 1918 Rd. Soerawidjaja pernah pula membuat gending karesmen dengan musik degung, yang dipentaskan di Medan . Tahun 1926 degung dipakai untuk illustrasi film cerita pertama di berjudul Loetoeng Kasaroeng oleh L. Heuveldrop dan G. Kruger produksi Java Film Company, Bandung . Karya lainnya yang menggunakan degung sebagai musiknya adalah gending karesmen Mundinglaya dikusumah oleh M. Idris Sastraprawira dan Rd. Djajaatmadja di Purwakarta tahun 1931.
Setelah Idi meninggal (tahun 1945) degung tersendat perkembangannya. Apalagi setelah itu revolusi fisik banyak mengakibatkan penderitaan masyarakat. Degung dibangkitkan kembali secara serius tahun 1954 oleh Moh. Tarya, Ono Sukarna, dan E. Tjarmedi. Selain menyajikan lagu-lagu yang telah ada, mereka menciptakan pula lagu-lagu baru dengan nuansa lagu-lagu degung sebelumnya. Tahun 1956 degung mulai disiarkan secara tetap di RRI Bandung dengan mendapatkan sambutan yang baik dari masyarakat. Tahun 1956 Enoch Atmadibrata membuat tari Cendrawasih dengan musik degung dengan iringan degung lagu palwa. Bunyi degung lagu Palwa setiap kali terdengar tatkala pembukaan acara warta berita bahasa Sunda, sehingga dapat meresap dan membawa suasana khas Sunda dalam hati masyarakat.
Pengembangan lagu degung dengan vokal dilanjutkan oleh grup Parahyangan pimpinan E. Tjarmedi sekitar tahun 1958. Selanjutnya E. Tjarmedi dan juga Rahmat Sukmasaputra mencoba menggarap degung dengan lagu-lagu alit (sawiletan) dari patokan lagu gamelan salendro pelog. Rahmat Sukmasaputra juga merupakan seorang tokoh yang memelopori degung dengan nayaga wanita. Selain itu, seperti dikemukakan Enoch Atmadibrata, degung wanita dipelopori oleh para anggota Damas (Daya Mahasiswa Sunda) sekitar tahun 1957 di bawah asuhan Sukanda Artadinata (menantu Oyo).
Tahun 1962 ada yang mencoba memasukkan waditra angklung ke dalam degung. Tetapi hal ini tidak berkembang. Tahun 1961 RS. Darya Mandalakusuma (kepala siaran Sunda RRI Bandung) melengkapi degung dengan waditra gambang, saron, dan rebab. Kelengkapan ini untuk mendukung gending karesmen Mundinglayadikusumah karya Wahyu Wibisana. Gamelan degung ini dinamakan degung Si Pawit. Degung ini juga digunakan untuk pirigan wayang Pakuan. Dari rekaman-rekaman produksi Lokananta (Surakarta) oleh grup RRI Bandung dan Parahyangan pimpinan E. Tjarmedi dapat didengarkan degung yang menggunakan waditra tambahan ini. Lagu-lagu serta garap tabuhnya banyak mengambil dari gamelan salendro pelog, misalnya lagu Paksi Tuwung, Kembang Kapas, dsb. Pada tahun 1964, Mang Koko membuat gamelan laras degung yang nadanya berorientasi pada gamelan salendro (dwi swara). Bentuk ancak bonanya seperti tapal kuda. Dibanding degung yang ada pada waktu itu, surupannya lebih tinggi. Keberadaan degung ini sebagai realisasi teori R. Machyar. Gamelan laras degung ini pernah dipakai untuk mengiringi gending karesmen, Aki Nini Balangantrang (1967) karya Mang Koko dan Wahyu Wibisana.
Tahun 1970—1980-an semakin banyak yang menggarap degung, misalnya Nano S. dengan grup Gentra Madya (1976), lingkung seni Dewi Pramanik pimpinan Euis Komariah, degung Gapura pimpinan Kustyara, dan degung gaya Ujang Suryana (Pakutandang, Ciparay) yang sangat populer sejak tahun 1980-an dengan ciri permainan sulingnya yang khas. Tak kalah penting adalah Nano S. dengan grup Gentra Madya-nya yang memasukan unsur waditra kacapi dalam degungnya. Nano S. membuat lagu degung dengan kebiasaan membuat intro dan aransemen tersendiri. Beberapa lagu degung karya Nano S. yang direkam dalam kaset sukses di pasaran, di antaranya Panglayungan (1977), Puspita (1978), Naon Lepatna (1980), Tamperan Kaheman (1981), Anjeun (1984) dan Kalangkang yang dinyanyikan oleh Nining Meida dan Barman Syahyana (1986). Lagu Kalangkang ini lebih populer lagi setelah direkam dalam gaya pop Sunda oleh penyanyi Nining Meida dan Adang Cengos sekitar tahun 1987.
Berbeda dengan masa awal (tahun 1950-an) dimana para penyanyi degung berasal dari kalangan penyanyi gamelan salendro pelog (pasinden; ronggeng), para penyanyi degung sekarang (sejak 1970-an) kebanyakan berasal dari kalangan mamaos (tembang Sunda Cianjuran), baik pria maupun wanita. Juru kawih degung yang populer dan berasal dari kalangan mamaos di antaranya Euis Komariah, Ida Widawati, Teti Afienti, Mamah Dasimah, Barman Syahyana, Didin S. Badjuri, Yus Wiradiredja, Tati Saleh dan sebagainya.
Lagu-lagu degung di antaranya: Palwa, Palsiun, Bima Mobos (Sancang), Sang Bango, Kinteul Bueuk, Pajajaran, Catrik, Lalayaran, Jipang Lontang, Sangkuratu, Karang Ulun, Karangmantri, Ladrak, Ujung Laut, Manintin, Beber Layar, Kadewan, Padayungan, dsb. Sedangkan lagu-lagu degung ciptaan baru yang digarap dengan menggunakan pola lagu rerenggongan di antaranya: Samar-samar, Kembang Ligar, Surat Ondangan, Hariring Bandung, Tepang Asih, Kalangkang, Rumaos, Bentang Kuring, dsb.
posted by basanova @ 19.05  
0 Comments:

Posting Komentar

<< Home
 
About Me


Name: basanova
Home:
About Me:
See my complete profile

Previous Post
Archives
Links
  • Architecture News
  • Ungu – Dilema Cinta

    Seberapa salahkah diriku
    Hingga kau sakiti aku begitu menusukku
    Inikah caramu membalas
    Aku yang selalu ada saat kau terluka

    Seberapa hinanya diriku
    Hingga kau ludahi semua yang ku beri untukmu
    Tak ada satu pun perasaan yang mampu membuatku begitu terluka

    Namun ku terlanjur mencintai dirimu
    Terlambat bagiku pergi darimu
    Bagiku terlalu indah perasaan itu
    Tak mudah untukku menjauh darimu

    Telah ku coba segala cara
    ‘Tuk bahagiakan kamu
    Merebut hatimu
    Namun tak semudah yang ku bayangkan
    Bila kau tak inginkan ku ’tuk di sisimu

    Tak pernah kurasakan sebelumnya
    Menginginkan dirinya hingga ku tak kuasa
    Meyakini hatiku bahwa ku mampu berlalu

    Namun ku terlanjur mencintai dirimu
    Terlambat bagiku pergi darimu
    Bagiku terlalu indah perasaan itu
    Tak mudah untukku menjauh darimu

    Namun ku terlanjur mencintai dirimu
    Terlambat bagiku pergi darimu
    Bagiku terlalu indah perasaan itu
    Tak mudah untukku menjauh darimu

    Lirik lagu Ungu – Dilema Cinta ini dipersembahkan oleh LirikLaguIndonesia.Net. Kunjungi DownloadLaguIndonesia.Net untuk download MP3 Ungu – Dilema Cinta.

  • Insurance News
  • ST12 – Isabella (OST Isabella)

    isabella adalah kisah cinta dua dunia
    mengapa kita berjumpa namun akhirnya terpisah
    ooooh oooow ow ow ow

    terbayang lambaiannya saatku terbakar kehangatan
    dunia dipenuhi warna berseri bunga cinta
    kita yang terlena hingga musim berubah
    mentari menyepi menyalakan api cinta

    reff:
    dia isabella, lambang cinta dan prahara
    terpisah karena adat yang berbeda
    cinta gugur bersama daun-daun kekeringan

    haluan hidupku terpisah dengan isabella
    terbayang lambaiannya saatku terbakar kehangatan
    siang jadi hilang ditelan kegelapan malam
    alam yang terpisah melenyapkan sebuah kisah

    repeat reff [2x]

    Lirik lagu ST12 – Isabella (OST Isabella) ini dipersembahkan oleh LirikLaguIndonesia.Net. Kunjungi DownloadLaguIndonesia.Net untuk download MP3 ST12 – Isabella (OST Isabella).

  • Gold Mining News
  • The Dance Company – Papa Rock N Roll

    papa memang harus begini
    sering bikin sakit hati
    papa gak pulang beibeh
    papa gak bawa uang beibeh

    papa mungkin seminggu dibali
    nyari panggung sana sini
    papa gak pulang beibeh
    papa gak bawa uang beibeh

    bukanlah rasa untuk lari
    itu tuntutan profesi
    papa gak pulang beibeh
    papa gak bawa uang beibeh

    mama please, please don’t be angry
    papa sibuk …
    papa gak pulang beibeh
    papa gak bawa uang beibeh

    pengen kayak Bon Jovi (I’ll be there for you)
    rock star yang sayang istri
    mama aku disini
    memelukmu lagi

    one more time

    pengen kayak Bon Jovi
    rock star yang sayang istri
    mama aku disini
    memelukmu lagi

    papa memang harus begini
    sering bikin sakit hati
    papa gak pulang beibeh
    papa gak bawa uang beibeh

    papa mungkin seminggu di bali
    nyari panggung sana sini
    papa gak pulang beibeh
    papa gak bawa uang beibeh

    papa gak pulang
    gak bawa uang
    papa gak pulang
    papa gak bawa uang

    Lirik lagu The Dance Company – Papa Rock N Roll ini dipersembahkan oleh LirikLaguIndonesia.Net. Kunjungi DownloadLaguIndonesia.Net untuk download MP3 The Dance Company – Papa Rock N Roll.

  • Wedding Planning
  • Firmal Idol – Kehilangan

    Ku coba ungkap tabir ini
    Kisah antara kau dan aku
    Terpisahkan oleh ruang dan waktu
    Menyudutkanmu meninggalkanku

    Ku merasa tlah kehilangan
    Cintamu yang tlah lama hilang
    Kau pergi jauh karena salahku
    Yang tak pernah menganggap kamu ada

    *
    Asmara memisahkan kita
    Mengingatkanku pada dirimu
    Gelora mengingatkanku
    Bahwa cintamu tlah merasuk jantungku

    Reff:
    Sejujurnya ku tak bisa
    Hidup tanpa ada kamu aku gila
    Seandainya kamu bisa
    Mengulang kembali lagi cinta kita

    Takkan ku sia-siakan kamu lagi

    Back to *, Reff:

    Sejujurnya ku tak bisa
    Hidup tanpa ada kamu aku gila

    Takkan ku sia-siakan kamu lagi.. (2x)

    Lirik lagu Firmal Idol – Kehilangan ini dipersembahkan oleh LirikLaguIndonesia.Net. Kunjungi DownloadLaguIndonesia.Net untuk download MP3 Firmal Idol – Kehilangan.

  • Classic Furnitures
  • Fan Gears
  • Exotic Car Pictures
  • Easy Light Digital
  • Jupetong
  • Auto Parts
  • Phones and Accessories
  • PDF Downloads
Free Blogger Templates