Sabtu, 08 Mei 2010
MUSIK ANGKLUNG JAWA BARAT
Angklung merupakan sebuah alat musik tradisional terkenal yang dibuat dari bambu dan merupakan alat musik asli Jawa Barat, Indonesia. Dulunya, angklung memegang bagian penting dari aktivitas upacara tertentu, khususnya pada musim panen. Suara angklung dipercaya akan mengundang perhatian Dewi Sri (Nyi Sri Pohaci) yang akan membawa kesuburan terhadap tanaman padi para petani dan akan memberikan kebahagian serta kesejahteraan bagi umat manusia.

Angklung yang tertua di dalam sejarah yang masih ada disebut Angklung Gubrag dibuat di Jasinga, Bogor, Indonesia dan usianya telah mencapai 400 tahun. Sekarang ini, beberapa angklung tersebut disimpan di Museum Sri Baduga, Bandung, Indonesia.

Dengan berjalannya waktu, Angklung bukan hanya dikenal di seluruh Nusantara, tetapi juga merambah ke berbagai negara di Asia. Pada akhir abad ke-20, Daeng Soetigna menciptakan angklung yang didasarkan pada skala suara diatonik. Setelah itu, angklung telah digunakan di dalam bisnis hiburan sejak alat musik ini dapat dimainkan secara berpadu dengan berbagai macam alat musik lainnya. Pada tahun 1966, Udjo Ngalagena, seorang siswa dari Tuan Daeng Soetigna mengembangkan angklung berdasarkan skala suara alat musik Sunda, yaitu salendro, pelog, dan madenda.

Macam-macam Angklung
1. Angklung Kanekes
Angklung di daerah Kanekes (kita sering menyebut mereka Badui) digunakan terutama karena hubungannya dengan upacara padi, bukan semata-mata untuk hiburan orang-orang. Angklung digunakan atau dibunyikan ketika mereka menanam padi di huma (ladang). Angklung ditabuh ketika orang Kanekes menanam padi; ada yang hanya dibunyikan bebas (dikurulungkeun), terutama di Kajeroan (Tangtu, Badui Jero), dan ada yang dengan ritmis tertentu, yaitu di Kaluaran (Baduy Luar). Meski demikian, angklung masih bisa ditampilkan di luar ritus padi dan tetap memunyai aturan, misalnya hanya boleh ditabuh hingga masa ngubaran pare (mengobati padi), sekitar tiga bulan dari sejak ditanamnya padi. Setelah itu, selama enam bulan berikutnya semua kesenian tidak boleh dimainkan, dan boleh dimainkan lagi pada musim menanam padi berikutnya. Menutup angklung dilaksanakan dengan acara yang disebut musungkeun angklung, yaitu nitipkeun (menitipkan, menyimpan) angklung setelah dipakai.
Dalam sajian hiburan, angklung biasanya diadakan saat terang bulan dan tidak hujan. Mereka memainkan angklung di buruan (halaman luas di pedesaan) sambil menyanyikan bermacam-macam lagu, antara lain: "Lutung Kasarung", "Yandu Bibi", "Yandu Sala", "Ceuk Arileu", "Oray-orayan", "Dengdang", "Yari Gandang", "Oyong-oyong Bangkong", "Badan Kula", "Kokoloyoran", "Ayun-ayunan", "Pileuleuyan", "Gandrung Manggu", "Rujak Gadung", "Mulung Muncang", "Giler", "Ngaranggeong", "Aceukna", "Marengo", "Salak Sadapur", "Rangda Ngendong", "Celementre", "Keupat Reundang", "Papacangan", dan "Culadi Dengdang".
Para penabuh angklung sebanyak delapan orang dan tiga penabuh bedug ukuran kecil membuat posisi berdiri sambil berjalan dalam formasi lingkaran. Sementara itu yang lainnya ada yang ngalage (menari) dengan gerakan tertentu yang telah baku tetapi sederhana. Semuanya dilakukan hanya oleh laki-laki. Hal ini berbeda dengan masyarakat Badui Dalam, mereka dibatasi oleh adat dengan berbagai aturan pamali (pantangan, tabu), tidak boleh melakukan hal-hal kesenangan duniawi yang berlebihan. Kesenian semata-mata dilakukan untuk keperluan ritual.
Nama-nama angklung di Kanekes dari yang terbesar adalah: indung, ringkung, dongdong, gunjing, engklok, indung leutik, torolok, dan roel. Roel yang terdiri dari dua buah angklung dipegang oleh seorang. Nama-nama bedug dari yang terpanjang adalah: bedug, talingtit, dan ketuk. Penggunaan instrumen bedug terdapat perbedaan, yaitu di kampung-kampung Kaluaran mereka memakai bedug sebanyak tiga buah. Di Kajeroan, kampung Cikeusik, hanya menggunakan bedug dan talingtit, tanpa ketuk. Di Kajeroan, Kampung Cibeo, hanya menggunakan bedug, tanpa talingtit dan ketuk.
Di Kanekes yang berhak membuat angklung adalah orang Kajeroan (Tangtu, Badui Jero). Kajeroan terdiri dari tiga kampung, yaitu Cibeo, Cikartawana, dan Cikeusik. Di ketiga kampung ini tidak semua orang bisa membuatnya, hanya yang punya keturunan dan berhak saja yang mengerjakannya di samping adanya syarat-syarat ritual. Pembuat angklung di Cikeusik yang terkenal adalah Ayah Amir (59), dan di Cikartawana Ayah Tarnah. Orang Kaluaran membeli dari orang Kajeroan di tiga kampung tersebut.
2. Angklung Dogdog Lojor
Kesenian dogdog lojor terdapat di masyarakat Kasepuhan Pancer Pangawinan atau kesatuan adat Banten Kidul yang tersebar di sekitar Gunung Halimun (berbatasan dengan Sukabumi, Bogor, dan Lebak). Meski kesenian ini dinamakan dogdog lojor, yaitu nama salah satu instrumen di dalamnya, tetapi di sana juga digunakan angklung karena kaitannya dengan acara ritual padi. Setahun sekali, setelah panen seluruh masyarakat mengadakan acara Serah Taun atau Seren Taun di pusat kampung adat. Pusat kampung adat sebagai tempat kediaman kokolot (sesepuh) tempatnya selalu berpindah-pindah sesuai petunjuk gaib.
Tradisi penghormatan padi pada masyarakat ini masih dilaksanakan karena mereka termasuk masyarakat yang masih memegang teguh adat lama. Secara tradisi mereka mengaku sebagai keturunan para pejabat dan prajurit keraton Pajajaran dalam baresan pangawinan (prajurit bertombak). Masyarakat Kasepuhan ini telah menganut agama Islam dan agak terbuka akan pengaruh modernisasi, serta hal-hal hiburan kesenangan duniawi bisa dinikmatinya. Sikap ini berpengaruh pula dalam dalam hal fungsi kesenian yang sejak sekitar tahun 1970-an, dogdog lojor telah mengalami perkembangan, yaitu digunakan untuk memeriahkan khitanan anak, perkawinan, dan acara kemeriahan lainnya.
Instrumen yang digunakan dalam kesenian dogdog lojor adalah dua buah dogdog lojor dan empat buah angklung besar. Keempat buah angklung ini memunyai nama, yang terbesar dinamakan gonggong, kemudian panembal, kingking, dan inclok. Tiap instrumen dimainkan oleh seorang, sehingga semuanya berjumlah enam orang. Lagu-lagu dogdog lojor di antaranya: "Bale Agung", "Samping Hideung", "Oleng-oleng Papanganten", "Si Tunggul Kawung", "Adulilang", dan "Adu-aduan". Lagu-lagu ini berupa vokal dengan ritmis dogdog dan angklung cenderung tetap.
3. Angklung Gubrag
Angklung gubrag terdapat di Kampung Cipining, Kecamatan Cigudeg, Bogor. Angklung ini telah berusia tua dan digunakan untuk menghormati dewi padi dalam kegiatan melak pare (menanam padi), ngunjal pare (mengangkut padi), dan ngadiukeun (menempatkan) ke leuit (lumbung). Dalam mitosnya angklung gubrag mulai ada ketika suatu masa Kampung Cipining mengalami musim paceklik.
4. Angklung Badeng
Badeng merupakan jenis kesenian yang menekankan segi musikal dengan angklung sebagai alat musiknya yang utama. Badeng terdapat di Desa Sanding, Kecamatan Malangbong, Garut. Dulu berfungsi sebagai hiburan untuk kepentingan dakwah Islam. Diduga badeng telah digunakan masyarakat sejak lama dari masa sebelum Islam untuk acara-acara yang berhubungan dengan ritual penanaman padi. Sebagai seni untuk dakwah badeng dipercaya berkembang sejak Islam menyebar di daerah ini sekitar abad ke-16 atau ke-17. Pada masa itu penduduk Sanding, Arpaen, dan Nursaen belajar agama Islam ke Kerajaan Demak. Setelah pulang dari Demak mereka berdakwah menyebarkan agama Islam. Salah satu sarana penyebaran Islam yang digunakannya adalah dengan kesenian badeng.
Angklung yang digunakan sebanyak sembilan buah, yaitu dua angklung roel, satu angklung kecer, empat angklung indung dan angklung bapa, dua angklung anak, dua buah dogdog, dua buah terbang atau gembyung, serta satu kecrek. Teksnya menggunakan bahasa Sunda yang bercampur dengan bahasa Arab. Dalam perkembangannya sekarang digunakan pula bahasa Indonesia. Isi teks memuat nilai-nilai Islami dan nasihat-nasihat baik, serta menurut keperluan acara. Dalam pertunjukannya selain disajikan lagu-lagu, disajikan pula atraksi kesaktian, seperti mengiris tubuh dengan senjata tajam. Lagu-lagu badeng: "Lailahaileloh", "Ya’ti", "Kasreng", "Yautike", "Lilimbungan", dan "Solaloh".
5. Buncis
Buncis merupakan seni pertunjukan yang bersifat hiburan, di antaranya terdapat di Baros (Arjasari, Bandung). Pada mulanya buncis digunakan pada acara-acara pertanian yang berhubungan dengan padi. Tetapi pada masa sekarang buncis digunakan sebagai seni hiburan. Hal ini berhubungan dengan semakin berubahnya pandangan masyarakat yang mulai kurang mengindahkan hal-hal berbau kepercayaan lama. Tahun 1940-an dapat dianggap sebagai berakhirnya fungsi ritual buncis dalam penghormatan padi, karena sejak itu buncis berubah menjadi pertunjukan hiburan. Sejalan dengan itu tempat-tempat penyimpanan padi pun (leuit, lumbung) mulai menghilang dari rumah-rumah penduduk, diganti dengan tempat-tempat karung yang lebih praktis, dan mudah dibawa ke mana-mana. Padi pun sekarang banyak yang langsung dijual, tidak disimpan di lumbung. Dengan demikian kesenian buncis yang tadinya digunakan untuk acara-acara ngunjal (membawa padi) tidak diperlukan lagi.
Nama kesenian buncis berkaitan dengan sebuah teks lagu yang terkenal di kalangan rakyat, yaitu "cis kacang buncis nyengcle ...". Teks tersebut terdapat dalam kesenian buncis, sehingga kesenian ini dinamakan buncis.
Instrumen yang digunakan dalam kesenian buncis: dua angklung indung, dua angklung ambrug, satu angklung panempas, dua angklung pancer, satu angklung enclok, tiga buah dogdog (satu talingtit, satu panembal, dan satu badublag). Dalam perkembangannya kemudian ditambah dengan tarompet, kecrek, dan goong. Angklung buncis berlaras salendro dengan lagu vokal bisa berlaras madenda atau degung. Lagu-lagu buncis di antaranya: "Badud", "Buncis", "Renggong", "Senggot", "Jalantir", "Jangjalik", "Ela-ela", "Mega Beureum". Sekarang lagu-lagu buncis telah menggunakan pula lagu-lagu dari gamelan, dengan penyanyi yang tadinya laki-laki pemain angklung, kini oleh wanita khusus untuk menyanyi.
Dari beberapa jenis musik bambu di Jawa Barat (angklung) di atas, adalah beberapa contoh saja tentang seni pertunjukan angklung, yakni: angklung buncis (Priangan/Bandung), angklung badud (Priangan Timur/Ciamis), angklung bungko (Indramayu), angklung gubrag (Bogor), angklung ciusul (Banten), angklung dog dog lojor (Sukabumi), angklung badeng (Malangbong, Garut), dan angklung padaeng yang identik dengan angklung nasional dengan tangga nada diatonis, yang dikembangkan sejak tahun 1938. Angklung khas Indonesia ini berasal dari pengembangan angklung Sunda. Angklung Sunda yang bernada lima (salendro atau pelog) oleh Daeng Sutigna alias Si Etjle (1908—1984) diubah nadanya menjadi tangga nada Barat (solmisasi) sehingga dapat memainkan berbagai lagu lainnya. Hasil pengembangannya kemudian diajarkan ke siswa-siswa sekolah dan dimainkan secara orkestra besar.
posted by basanova @ 20.59  
0 Comments:

Posting Komentar

<< Home
 
About Me


Name: basanova
Home:
About Me:
See my complete profile

Previous Post
Archives
Links
  • Architecture News
  • Ungu – Dilema Cinta

    Seberapa salahkah diriku
    Hingga kau sakiti aku begitu menusukku
    Inikah caramu membalas
    Aku yang selalu ada saat kau terluka

    Seberapa hinanya diriku
    Hingga kau ludahi semua yang ku beri untukmu
    Tak ada satu pun perasaan yang mampu membuatku begitu terluka

    Namun ku terlanjur mencintai dirimu
    Terlambat bagiku pergi darimu
    Bagiku terlalu indah perasaan itu
    Tak mudah untukku menjauh darimu

    Telah ku coba segala cara
    ‘Tuk bahagiakan kamu
    Merebut hatimu
    Namun tak semudah yang ku bayangkan
    Bila kau tak inginkan ku ’tuk di sisimu

    Tak pernah kurasakan sebelumnya
    Menginginkan dirinya hingga ku tak kuasa
    Meyakini hatiku bahwa ku mampu berlalu

    Namun ku terlanjur mencintai dirimu
    Terlambat bagiku pergi darimu
    Bagiku terlalu indah perasaan itu
    Tak mudah untukku menjauh darimu

    Namun ku terlanjur mencintai dirimu
    Terlambat bagiku pergi darimu
    Bagiku terlalu indah perasaan itu
    Tak mudah untukku menjauh darimu

    Lirik lagu Ungu – Dilema Cinta ini dipersembahkan oleh LirikLaguIndonesia.Net. Kunjungi DownloadLaguIndonesia.Net untuk download MP3 Ungu – Dilema Cinta.

  • Insurance News
  • ST12 – Isabella (OST Isabella)

    isabella adalah kisah cinta dua dunia
    mengapa kita berjumpa namun akhirnya terpisah
    ooooh oooow ow ow ow

    terbayang lambaiannya saatku terbakar kehangatan
    dunia dipenuhi warna berseri bunga cinta
    kita yang terlena hingga musim berubah
    mentari menyepi menyalakan api cinta

    reff:
    dia isabella, lambang cinta dan prahara
    terpisah karena adat yang berbeda
    cinta gugur bersama daun-daun kekeringan

    haluan hidupku terpisah dengan isabella
    terbayang lambaiannya saatku terbakar kehangatan
    siang jadi hilang ditelan kegelapan malam
    alam yang terpisah melenyapkan sebuah kisah

    repeat reff [2x]

    Lirik lagu ST12 – Isabella (OST Isabella) ini dipersembahkan oleh LirikLaguIndonesia.Net. Kunjungi DownloadLaguIndonesia.Net untuk download MP3 ST12 – Isabella (OST Isabella).

  • Gold Mining News
  • The Dance Company – Papa Rock N Roll

    papa memang harus begini
    sering bikin sakit hati
    papa gak pulang beibeh
    papa gak bawa uang beibeh

    papa mungkin seminggu dibali
    nyari panggung sana sini
    papa gak pulang beibeh
    papa gak bawa uang beibeh

    bukanlah rasa untuk lari
    itu tuntutan profesi
    papa gak pulang beibeh
    papa gak bawa uang beibeh

    mama please, please don’t be angry
    papa sibuk …
    papa gak pulang beibeh
    papa gak bawa uang beibeh

    pengen kayak Bon Jovi (I’ll be there for you)
    rock star yang sayang istri
    mama aku disini
    memelukmu lagi

    one more time

    pengen kayak Bon Jovi
    rock star yang sayang istri
    mama aku disini
    memelukmu lagi

    papa memang harus begini
    sering bikin sakit hati
    papa gak pulang beibeh
    papa gak bawa uang beibeh

    papa mungkin seminggu di bali
    nyari panggung sana sini
    papa gak pulang beibeh
    papa gak bawa uang beibeh

    papa gak pulang
    gak bawa uang
    papa gak pulang
    papa gak bawa uang

    Lirik lagu The Dance Company – Papa Rock N Roll ini dipersembahkan oleh LirikLaguIndonesia.Net. Kunjungi DownloadLaguIndonesia.Net untuk download MP3 The Dance Company – Papa Rock N Roll.

  • Wedding Planning
  • Firmal Idol – Kehilangan

    Ku coba ungkap tabir ini
    Kisah antara kau dan aku
    Terpisahkan oleh ruang dan waktu
    Menyudutkanmu meninggalkanku

    Ku merasa tlah kehilangan
    Cintamu yang tlah lama hilang
    Kau pergi jauh karena salahku
    Yang tak pernah menganggap kamu ada

    *
    Asmara memisahkan kita
    Mengingatkanku pada dirimu
    Gelora mengingatkanku
    Bahwa cintamu tlah merasuk jantungku

    Reff:
    Sejujurnya ku tak bisa
    Hidup tanpa ada kamu aku gila
    Seandainya kamu bisa
    Mengulang kembali lagi cinta kita

    Takkan ku sia-siakan kamu lagi

    Back to *, Reff:

    Sejujurnya ku tak bisa
    Hidup tanpa ada kamu aku gila

    Takkan ku sia-siakan kamu lagi.. (2x)

    Lirik lagu Firmal Idol – Kehilangan ini dipersembahkan oleh LirikLaguIndonesia.Net. Kunjungi DownloadLaguIndonesia.Net untuk download MP3 Firmal Idol – Kehilangan.

  • Classic Furnitures
  • Fan Gears
  • Exotic Car Pictures
  • Easy Light Digital
  • Jupetong
  • Auto Parts
  • Phones and Accessories
  • PDF Downloads
Free Blogger Templates